Lumenus.id – Ketika tensi perang dagang dengan Amerika Serikat terus memanas, China mulai mengalihkan perhatian strategisnya ke Asia Tenggara. Kawasan ini dinilai sebagai wilayah yang sangat potensial dalam memperluas pengaruh ekonomi dan politiknya di tengah tekanan dari Barat. Lewat investasi infrastruktur, kerja sama budaya, serta pendekatan ekonomi jangka panjang, China merangkul negara-negara ASEAN dengan strategi yang terstruktur.
Dampak Perang Dagang dan Arah Baru Ekonomi
Perang dagang antara China dan AS berdampak besar pada arus ekspor-impor. Tarif tinggi membuat banyak produk China kehilangan daya saing di pasar Amerika. Untuk menyiasatinya, China mengarahkan aliran investasi dan bisnisnya ke Asia Tenggara. Wilayah ini tidak hanya memiliki kedekatan geografis, tetapi juga berkembang secara ekonomi dan membutuhkan banyak dukungan pembangunan.
Sejumlah perusahaan manufaktur China telah memindahkan pabrik ke Vietnam, Thailand, dan Indonesia sebagai langkah efisiensi dan upaya menghindari hambatan perdagangan.
Belt and Road Initiative dan Proyek Infrastruktur
Salah satu alat utama ekspansi pengaruh China adalah melalui program Belt and Road Initiative (BRI). Proyek-proyek besar yang dibiayai China meliputi pembangunan jalan, pelabuhan, kereta api, dan kawasan industri. Contoh nyata adalah pembangunan kereta cepat Jakarta–Bandung dan proyek rel kereta api di Laos yang menghubungkan negara tersebut dengan China daratan.
Dengan menjadikan infrastruktur sebagai alat diplomasi, China tidak hanya membantu pembangunan fisik, tetapi juga menanamkan ketergantungan ekonomi yang strategis.
Diplomasi Lunak dan Pengaruh Budaya
China juga menyebarkan pengaruh melalui pendekatan lunak seperti beasiswa pendidikan, pertukaran pelajar, dan pembukaan Institut Konfusius di berbagai negara ASEAN. Pendekatan ini bertujuan membangun relasi jangka panjang yang berbasis pemahaman budaya dan pendidikan.
Pelajar dari negara-negara ASEAN yang menempuh pendidikan di universitas China menjadi duta informal yang bisa menjembatani hubungan bilateral di masa mendatang.
Waspada Terhadap Ketergantungan
Meski kerja sama dengan China membawa manfaat pembangunan dan investasi, sejumlah negara mulai menunjukkan kekhawatiran atas potensi ketergantungan. Risiko utang jangka panjang serta dominasi proyek oleh tenaga kerja dan perusahaan China menjadi isu yang sering dibahas.
Sebagian negara seperti Malaysia dan Filipina mengambil sikap hati-hati dalam menyetujui proyek baru, untuk memastikan transparansi dan keberlanjutan proyek tidak merugikan kepentingan nasional.
Kesimpulan
China memanfaatkan situasi perang dagang dengan Amerika Serikat untuk mempererat hubungan dengan Asia Tenggara melalui jalur ekonomi dan budaya. Strategi ini menunjukkan bagaimana China membangun pengaruh global dengan pendekatan yang lebih halus namun strategis. Ke depan, negara-negara ASEAN perlu terus bersikap bijak agar kerja sama tersebut benar-benar memberikan manfaat jangka panjang tanpa terjebak dalam ketergantungan politik dan ekonomi.