Lumenus.id – Tidak semua orang menyadari bahwa dirinya bisa menjadi pribadi yang toxic dalam hubungan. Toxic di sini bukan berarti kasar atau menyakiti secara fisik, tetapi lebih pada perilaku yang membuat pasangan merasa tidak nyaman, lelah secara emosional, atau bahkan kehilangan kepercayaan diri. Sayangnya, banyak dari kita yang tidak sadar sedang menunjukkan tanda-tanda ini.
Jika hubungan yang kamu jalani terasa menegangkan, penuh drama, atau selalu memicu perasaan bersalah, bisa jadi itu berasal dari sikap-sikap kecil yang terkesan sepele namun berdampak besar. Mari kita bahas enam red flag atau tanda peringatan bahwa kamu mungkin bersikap toxic terhadap pasangan.
1. Selalu Ingin Mengontrol Segala Hal
Apakah kamu merasa harus tahu semua hal yang dilakukan pasangan? Mengatur siapa yang boleh ia temui, ke mana ia boleh pergi, atau bahkan jam berapa harus membalas pesan? Ini adalah ciri kontrol berlebihan yang tidak sehat dalam hubungan.
Hubungan bukan soal dominasi, melainkan soal kerja sama dan saling percaya. Jika kamu merasa gelisah tanpa kontrol, mungkin kamu perlu belajar untuk melepas dan mempercayai pasangan lebih dalam.
2. Cemburu Tak Terkendali Tanpa Alasan
Cemburu memang lumrah, namun saat cemburu berubah menjadi tuduhan, kecurigaan berlebihan, dan pelarangan terhadap interaksi pasangan, maka itu sudah menjadi racun. Perasaan tidak aman yang terus kamu pelihara hanya akan merusak fondasi hubungan.
Cobalah berbicara dengan pasangan secara terbuka tentang rasa cemburu yang muncul, dan pastikan kamu tidak menyalurkannya dalam bentuk larangan atau tekanan.
3. Menggunakan Diam untuk Mengontrol
Salah satu bentuk manipulasi yang paling sering tidak disadari adalah silent treatment. Diam bukan selalu berarti tenang. Diam bisa jadi alat untuk menyudutkan pasangan, membuatnya merasa bersalah, atau memaksanya menuruti keinginanmu.
Hubungan yang sehat perlu dialog, bukan kebisuan penuh tekanan. Jika sedang emosi, beri waktu untuk menenangkan diri, tapi pastikan ada momen untuk bicara dan menyelesaikan masalah bersama.
4. Mengkritik Secara Berlebihan dan Menjatuhkan
Pernah tanpa sadar mengomentari penampilan atau keputusan pasangan dengan nada merendahkan? Atau merasa kamu lebih tahu segalanya dan menyampaikan kritik dengan nada sinis?
Kalau iya, mungkin pasanganmu merasa tidak dihargai. Kritik yang membangun bisa memperkuat hubungan, namun kritik yang menyakitkan hanya akan melukai harga diri dan menciptakan jarak emosional.
5. Tak Pernah Mau Disalahkan
Dalam setiap konflik, apakah kamu selalu merasa sebagai pihak yang benar? Apakah kamu sulit meminta maaf? Ini adalah tanda bahwa egomu terlalu mendominasi dalam hubungan.
Padahal, dalam relasi yang sehat, mengakui kesalahan bukanlah aib. Justru dengan saling meminta maaf dan memperbaiki diri, hubungan akan semakin kuat.
6. Membuat Pasangan Merasa Bersalah
Pernah menyalahkan pasangan atas perasaanmu sendiri? Misalnya dengan mengatakan, “Aku seperti ini karena kamu,” atau “Kamu bikin aku sakit hati terus.”
Ucapan-ucapan seperti ini bisa menjadi bentuk manipulasi emosional. Kamu membuat pasangan merasa bertanggung jawab atas emosimu, padahal sebenarnya, mengelola perasaan adalah tanggung jawab masing-masing individu.
Introspeksi Sebelum Semakin Merusak
Kamu tidak sendirian. Banyak orang pernah berada di posisi ini. Yang membedakan adalah kesediaan untuk berubah. Introspeksi adalah langkah awal yang sangat penting. Jika kamu menyadari ada sikap toxic dalam dirimu, jangan ragu untuk meminta maaf pada pasangan dan mencari cara memperbaiki diri.
Konseling pasangan atau terapi individu bisa menjadi solusi jika kamu kesulitan mengatasi pola perilaku tersebut sendiri. Yang terpenting adalah kamu bersedia berubah dan tumbuh bersama pasangan.
Kesimpulan
Hubungan yang sehat dibangun dari dua orang yang sadar akan tanggung jawab emosionalnya. Menghindari sikap toxic bukan hanya tentang menjaga pasangan tetap bahagia, tetapi juga tentang menjaga diri kita tetap sehat secara mental dan emosional. Jika kamu menemukan tanda-tanda ini dalam dirimu, anggap itu sebagai kesempatan untuk berkembang, bukan sebagai kutukan.